Minggu, 30 Maret 2014

Naik Bus Keliling Kota

Hari ini waktunya aku pengen keluar. Sebenarnya aku sudah merencanakannya dengan Yunchan kurang dari seminggu ini, tapi kami belum menemukan tempat yang pas untuk hangout. Selain itu, ada yang ingin kuceritakan padanya karena dia adalah salah satu sahabatku yang selalu antusias dengan apapun yang kuceritakan padanya, apalagi jika menyangkut masalah pribadi esp about namja (man). Jadi setelah kami mengalami masa-masa kegalauan karena belum tahu akan kemana, akhirnya kami memutuskan untuk nongkrong di KFC Pantai Losari. Kebetulan tempat itu cozy banget buat nongkrong soalnya suasananya tenang n rada-rada sepi gitu. Di situ juga berlaku promo KFC Wow jadi itu sangat membantu dalam hal stay fun tapi tetap hemat. Hampir sejam kami di sana dan cerita banyak hal, lalu destinasi selanjutnya adalah kami akan mencoba untuk naik Bus BRT Maminasata yang masih kurang familiar di kalangan warga kota Makassar. 
Bus itu sebenarnya hanya seperti bus damri airport yang sering kunaiki setiap akan ke dan dari bandara *lumayan kan penghematan*. Kebetulan sejak diluncurkan di awal Maret, aku belum pernah menaiki bus yang konon fasilitasnya oke. Full AC, berwifi, dan tarifnya cuma Rp. 4000,- sekali jalan. Bisa dipertimbangkan kan? Lalu kami pun berjalan menuju haltenya yang tidak jauh dari KFC dengan berjalan di sepanjang anjungan Losari yang saat itu dipenuhi simpatisan suatu partai yang akan kampanye *cape deh*. Selain itu, banyak orang yang pemotretan ria dengan berbagai gaya yang menurutku Wow banget *deskripsikan aja sendiri*. Sekitar 5 menit kami berjalan *jalan santai banget* dan sampailah kami di halte BRT Pantai Losari. Saat itu keadaannya sepi dan halte itu seperti sudah tidak begitu berguna. Ada yang tidur di tempat duduk yang seharusnya dipakai untuk menunggu bus. Beberapa saat datang pula 2 orang cewek yang juga ingin naik bus itu dan tak lama bus yang dinantikan itu datang juga. Tapi ada sesuatu yang kurasa kurang nyaman. Pertama, pintu halte itu berada di sebelah kiri. Modelnya persis banget dengan halte busway di Jakarta. Yang teorinya kalau pintunya di sebelah kiri mustinya pintu bus berada di sebelah kanan dan pintu bus akan terbuka tepat di depan pintu halte. Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Walaupun kami sudah berada di halte itu, tetap saja kami harus turun lagi untuk naik bus yang pintunya juga berada di sebelah kiri *hellow.... who's the architect?* 
halte bus BRT Maminasata Koridor 2
(photo source : makassar tribunnews.com
Bus BRT Maminasata Koridor 2
(photo source : okezone.tv)
Dan ketidaknyamanan berikutnya adalah ketika di tempat duduk paling belakang ada muntahan anak yang baru saja turun di halte itu bersama orang tuanya, dan meninggalkan bau tidak sedap dan membuat kami semua mual dibuatnya. Untung saja sang kondektur dengan sigap dan sabar membersihkan bekas muntahan itu. Lalu dalam hati aku benar-benar kesal, karena sebagus apapun fasilitas yang disediakan, akan tetap sia-sia jika masyarakat penggunanya tidak tahu menjaganya. Sebenarnya sebelum naik bus pun saat aku sedang berjalan di sekitar anjungan Losari, banyak hal yang membuatku kesal dan mengutuk orang-orang yang tak tahu diri itu. Jadi sudah sangat wajar jika kota Makassar sangat susah untuk menjadi kota dunia karena masyarakatnya banyak yang tidak perduli dengan kota ini. Membuang sampah sembarangan atau bahasa kasarnya lempar batu sembunyi tangan. Atau meminjam istilah dari temanku, "seperti suku barbar" *istilah bu Qalbi*
Well, tapi lupakanlah ketidaknyamanan itu dan mari kita bernapas dalam-dalam *sambil menghirup minyak angin freshcare* dan mempelajari rute bus ini. Jadi jika kita naik bus BRT Maminasata KORIDOR 2 dari halte Pantai Losari, maka tujuan terakhirnya adalah MP alias Mal Panakukang *mal sejuta umat*. Rutenya seperti ini : Awalnya bus ini bertolak dari halte Mal GTC Tanjung Bunga, lalu berhenti sebentar di halte Mal Trans Studio, setelah itu masuk ke jalan Penghibur dan berhenti di Halte Pantai Losari lalu berjalan terus melewati jalan Pasar Ikan dan jalan Ujung Pandang lalu masuk di jalan Ahmad Yani dan berhenti di halte Mal Karlink (Karebosi Link) setelah itu berjalan melewati jalan Bulusaraung --> jalan Mesjid Raya --> jalan Urip Sumoharjo --> jalan Pettarani lalu belok di samping Ramayana melewati jalan Boulevard sampai tiba di halte Mal Panakukang
Untuk baliknya, dari halte Mal Panakukang lalu berjalan lurus sepanjang jalan Boulevard --> jalan Pettarani --> jalan Urip Sumoharjo --> jalan Bawakaraeng --> jalan Sudirman --> jalan Ratulangi lalu berhenti di halte Mal Ratu Indah (MaRi) --> terus berjalan sampai berbelok kanan di jalan Kakatua --> jalan Gagak --> jalan Nuri --> jalan Rajawali --> jalan Metro Tanjung Bunga --> halte Mal Trans Studio --> halte Mal GTC
*) yang bercetak tebal adalah tempat di mana bus bisa berhenti.
Sebenarnya lumayan enak juga sih naik bis ini, tapi sayangnya halte/shelter masih sangat terbatas jadi kesannya ini hanya cocok bagi kalian yang hanya akan melakukan perjalanan dari mal ke mal. Selain itu yang aku temui adalah wifi tidak bekerja, lalu pada saat aku kembali, ada orang yang minta diturunkan di tempat yang bukan seharusnya dan kenapa juga dituruti?? Gimana Makassar bisa maju kalau disiplin tidak bisa menjadi budaya? Well, bagi kalian yang ingin mencobanya dipersilahkan dengan bayar Rp. 4000,- sekali jalan. Aku langsung teringat saat aku berada di Kuala Lumpur dan benar-benar menikmati fasilitas bus gratisan Go KL yang sudah gratis, wifinya sangat kencang pula. Pantasan aja bis ini jadi rebutan dan orang-orang rela berdiri asal bisa eksis di dalam bus ini.
Bus GoKL (photo source : mypublictransport)
Tapi dibalik ketidaknyaman itu, aku juga senang karena hari ini rasa penasaranku tentang bus ini terjawab sudah. Aku juga sudah curhat sama Yunchan, Dan lagi-lagi aku mendapatkan barang yang lucu di MP dengan harga SALE *gak penting banget hihihi*





Tidak ada komentar:

Posting Komentar