Sebuah suku minoritas di Indonesia memilih “Hangeul” sebagai sistem
huruf untuk menuliskan bahasa asli mereka secara resmi. Hal itu
merupakan yang pertama kali, dimana abjad bahasa Korea digunakan oleh
masyarakat di luar negeri. Lembaga riset Hunminjeongeum Korea mengatakan bahwa sebuah suku di kota Bau-Bau di pulau Buton, Sulawesi Tenggara, belakangan ini menerapkan huruf bahasa Korea, Hangeul untuk
menulis bahasa asli mereka yang disebut ‘bahasa Cia-Cia’.
Alasan penggunaan Alfabet Korea ini dikarenakan kekurangan sistem
penulisan yang tepat pada bahasa asli suku tersebut. Perlu dicatat,
hanya alfabet saja yang digunakan bukan bahasanya. Bahasa tetap
menggunakan Bahasa Indonesia.
Kota itu mulai
mengajarkan sistem tulisan bahasa Korea kepada sekolah dasar bulan lalu
dengan menggunakan buku pelajaran dengan tulisan bahasa Korea selama
sekitar 4 jam per minggu. Bahasa asli suku minoritas dengan jumlah
populasi 60 ribu itu hampir terancam punah karena tidak memiliki huruf
sendiri untuk menyampaikan bahasa mereka dengan tepat.
Profesor
Universitas Nasional Seoul Lee Ho-young, yang membantu menciptakan buku
pelajaran bahasa Korea untuk suku minoritas di Indonesia itu, mengatakan
dia berharap Hangeul akan dapat menyumbang besar bagi suku suku yang
tidak punya huruf sendiri untuk melestarikan identitas dan budaya
mereka.
Suku minoritas yang hanya berjumlah 60.000 orang itu mulai diajarkan bahasa
tulis dengan abjad Hangeul sejak 21 Juli lalu. Sebagai langkah awal,
bahasa formal tersebut diajarkan di sekolah-sekolah. Untuk menyukseskan komitmen tersebut, pihak Pemkot berencana membangun
sebuah lembaga bahasa. Diantaranya, menjadikan Bahasa Cia-Cia sebagai
satu pelajaran muatan lokal, ditingkat SD, SMP, dan SMA, misalnya di
Sorawolio. Hingga kemarin, tercatat sudah 140 SMA yang terlibat dalam proyek pengenalan bahasa tulis Cia-Cia itu. Dalam laporan penelitian ini tidak lagi digunakan istilah Bahasa
Cia-Cia, namun Bahasa Cia Liwungau (BCL). BCL ini
merupakan salah satu bahasa Cia yang tersebar di 6 kecamatan di daerah
kabupaten Buton (yaitu meliputi kecamatan Pasarwajo, Sampolawa, Batauga,
Sorawolio, Lasalimu, dan Binongko).
Keunggulan Hangeul telah diakui masyarakat internasional. Pada tahun
1997, UNESCO menetapkan Hangeul sebagai harta warisan catatan
internasional. Universitas Oxford Inggris sempat menempatkan Hangeul
sebagai sistem penulisan paling unggul di dunia. Huruf bahasa Korea,
Hangeul, bisa dimasukkan ke komputer 7 kali lebih cepat daripada huruf
bahasa Cina atau Jepang, dan juga diakui dalam segi keindahan disain
(sumber: Globalisasi sistem abjad Korea, Hangeul).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar